Langsung ke konten utama

Pembatasan Jarak Fisik Menekan Kasus Positif Covid-19

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggunakan istilah Physical Distancing atau jarak fisik sebagai cara untuk menghindari penyebaran virus corona lebih luas. Istilah physical distancing menggantikan istilah Social Distancing yang dianggap seperti orang-orang harus berhenti berkomunikasi satu sama lain.

Social Distancing adalah pilihan bahasa yang kurang tepat, karena dinilai menjaga jarak sosial. Di masa wabah ini kontak fisik tentu harus diminimalisir, tetapi kita harus tetap dekat satu sama lain secara sosial.

Menurut WHO, Physical Distancing adalah pembatasan jarak individu secara fisik dan tidak mengharuskan memutuskan hubungan kekrabatan atau hubungan sosial. Jika diambil contoh, maka masyarakat bisa berdiam di tempat atau di rumah masing-masing dan masih bisa menjalin silaturahmi dan interaksi sosial lewat media sosial.

Melansir detik.com Profesor Sosiologi di Universitas Stanford AS Jeremy Freese yang dikutip dari Aljazeera mengatakan “Social distancing atau jarak sosial terdengar seperti orang-orang harus berhenti berkomunikasi satu sama lain. Sebaliknya, kita harus menjaga sebanyak mungkin komunitas yang dapat dijaga selama melakukan physical distancing atau jarak fisik," 

Kedisiplinan warga dalam menjalankan physical distancing sangat membantu dalam menekan angka kasus posistif covid-19 di Indonesia. Berikut ada beberapa penerapan pembatasan interaksi fisik sesuai panduan dinas kesehatan.

1. Tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian atau tempat-tempat umum.

Para introver sangat diuntungkan dengan penerapan pembatasan jarak fisik ini wkwk.

2. Kurangi berkumpul ke rumah kerabat/teman/saudara dan menerima kunjungan.

Untuk kamu yang sering apel ke rumah pacar, break dulu ya, LDR-an saja meskipun jaraknya desa tetangga atau lima langkah dari rumah. Perhatikan kesehatan ya, jangan sampai doi kamu membuat kamu positif covid-19, kan bisa-bisa kamu diisolasi dari satu desa.

3. Jika terpaksa keluar ke tempat umum, kenakan masker

Gunakan masker yang nyaman, entah itu masker sekali pakai atau berbahan kain yang bisa dicuci berkali-kali. Masker bengkoang, spirulina atau wardah tidak dianjurkan untuk dipakai di tempat umum. Karena masker jenis ini membuat glowing tapi tidak membuat kita terlindungi dari virus.

4. Tidak menyelenggarakan kegiatan dengan banyak peserta


Untuk sementara ini emak-emak dan mamah muda tidak melakukan arisan atau perkumpulan dulu ya. Jikalau harus berkumpul wajib memperhatikan protokol kesehatan yang ada.

5. Hindari melakukan perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri

Lebih baik tinggal di rumah menikmati kuota subsidi dan mengerjakan skripsi hihihi.

6. Hindari bepergian ke tempat-tempat wisata


Meskipun beberapa tempat wisata telah dibuka, tapi untuk sementara ini demi kesehatan jangan traveling dulu. Uangnya ditabung ya mas, buat ngelamar aku uwuu.

7. Kurangi frekuensi belanja dan pergi berbelanja. Jika terpaksa, usahakan belanja tidak saat jam ramai.

8. Menerapkan Work From Home atau bekerja dari rumah


Sambil work from home nikmatilah hobi kamu yang tertunda, rebahan dan nonton drakor misalnya. Eitss, jangan sampai hobi itu membuat pekerjaan kamu tidak produktif ya.

9. Jaga jarak dengan orang minimal 1 meter

Ditahan dulu ya teman-teman kalau mau gibah, karena gibah dengan jarak 1 meter harus teriak-teriak dulu. hehehe

10. Untuk sementara waktu lakukan ibadah di rumah.


Yok ibadah yok, dunia yang fana ini makin gila saja.

Jarak fisik sangat diperlukan untuk melindungi kondisi fisik, namun kondisi psikologis juga harus diperhatikan. sangat penting untuk mengisolasi diri secara fisik, namun kita jangan sampai mengisolasi diri secara sosial. Di era teknologi yang serba canggih ini, banyak platform yang bisa digunakan agar tidak memutus hubungan social. Berbicara, curhat dan sambat adalah cara kita tetap waras di masa pandemi ini.

KKN UNY 2020/Ema

Referensi:

www.liputan6.com

www.detik.com 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Un résumé et des commentaires "Le Chercheur d'Or"

Extrait Le titre : Le Chercheur d’Or Écrivain : J.M.G Le Clézio An : 1985 Pages : 445 Éditeur : Editions Gallimards Le chercheur d’or est un roman a écrit par J.M.G Le Clézio en 1985. I ll y a 445 pages et 8 chapitres dans ce roman. Ce roman a été traduit par Ida Sundari Husen et a été publié par Yayasan Pustaka Obor Indonesia en 2013. Ce roman est le seul roman de Clézio qui traduit en indonésien, Ce roman raconte sur un jeune garҫon qui s’appellait Alexis qui avait beaucoup d’expériences. Il habitait à la vallée de Boucan. Il aimait la mer. Le personnage principale voulait trouver le trésor avec une carte qui son père a fait. Il voyagait beaucoup avec un bateau, Zeta. Il a eu beaucoup d’obstacles en naviguant à Rodriguez. Son père était un homme d’affaire et sa mère était une femme au foyer. Ils ont fait faillite. Sa vie a changé, ils ont déménagé à Forest Side. Alexis a eu un rêve: trouver de l’or a été caché par le pirate. Après l’âge adulte, il a quitté l’

Belajar Efektif Selama Pandemi Covid-19

Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada bidang ekonomi. Namun, juga berdampak pada bidang pendidikan. Dengan perubahan sistem belajar tatap muka menjadi sistem pembelajaran jarak jauh. Banyak orang menilai bahwa pmbelajaran jarak jauh ini kurang efektif dengan berbagai alasan.  Efektif atau tidak tergantung pada cara kita mengorganisir waktu dan kegiatan kita selama pandemi. Berikut beberapa cara efektif belajar dari rumah untuk siswa selama pandemic Covid-19. 1. Tentukan waktu belajar Untuk mewujudkan belajar yang efektif adalah dengan menentukan jadwal belajar, menentukan dari pukul berapa hingga pukul berapa ingin belajar. Waktu bisa disesuaikan dengan jam belajar sekolah. Namun, jika jam belajar sekolah kiranya sangat berat karena biasanya dari pagi hingga sore menyebabkan kejenuhan. Jadi tidak persis dengan jam sekolah/kuliah bukanlah masalah. Misalnya belajar dari puku 08.00 hingga puku 13.00 08.00 – 09.00: Kimia 09.00 – 09.30: Istirahat 09.30 – 10.30: Bahasa Inggris 10.30 – 12.