Ketika Chris Hemsworth tak punya humor. Yaudah kita anekdotin saja biar tidak terlalu jadi drama. Ya meskipun tulisan ini satire, setidaknya gak sarkasme amat. Spoiler Alert!
Menjelang akhir April, sebuah film yang diproduksi oleh Netflix dan Russo Brothers dirilis dengan judul Extraction. Tokoh utamanya adalah Chris Hemsworth. Sayangnya, kita tidak bisa melihat Aktor God of Thunder ini ngelawak.
Tyler Rake merupakan seorang tentara bayaran yang memiliki misi untuk menyelamatkan seorang anak bernama Ovi Mahajan. Ovi disandera oleh gembong narkoba, Amir Asif yang merupakan rival dari ayah Ovi dalam penjualan narkotika. Sayangnya dalam penyelamatan ada kecurangan yang dilakukan oleh Saju, kaki tangan ayah Ovi. Tyler harus berhadapan dengan aparat yang dikendalikan Asif.
Berlatar di negara India, sebuah negara berkembang di Asia Selatan. Digambarkan dalam film, sebuah lingkungan yang kumuh yang merupakan tempat para kartel narkoba (sebut saja markasnya). Kondisi ekonomi yang masih di bawah standar yang menyebabkan kemiskinan. Tingkat pendidikan rendah menyebakan banyak anak yang tidak bersekolah dan menjadi bawahan para kartel untuk menyelundupkan narkoba. Dan masih banyak lagi masalah-masalah yang ditampilkan dalam Extraction. Namun ada 4 hal yang bisa dijadikan pelajaran dari film ini.
Pasar yang Tidak Sehat
Lha wong sudah tempe tahu, kalo narkoba itu dilarang, haram, dan dosa tapi tetap saja berani mengedarkan. Bukan hanya mengedarkan tapi juga yang memproduksi alias tukang kulak. Dan hal yang paling konyol adalah ketika sesama tukang kulak itu saling menjatuhkan pasar. Mbok ya o sing rukun seperti pedagang nasi goreng di Gegerkalong, meskipun satu deret itu penjual nasi tapi mereka gak sampe membuat bangkrut pedagang lain. Apalagi sampai menculik anak orang untuk dimintai tebusan 10 juta dollar. Ah, pedagang nasi goreng apa sempat mikir konspirasi kayak begini. Sesama pengusaha itu mbok sing sportif.
Ovi yang dijadikan sandera oleh Asif karena motif dendam terhadap sang ayah, Mahajan. Meskipun tidak diceritakan detail dalam adegan, tapi asumsi saya jikalau penculikan ovi ini dilakukan karena Mahajan mengambil lapak Asif yang merupakan musuh bebuyutan. Kemudian, Mahajan masuk penjara. Belum sampai di situ. Asif pun menculik anak Mahajan. Yawis, daripada bisnis narkoba, mending bisnis olshop jilbab, gamis, gincu. Milenial pada suka tuh.
Ikut Campur Aparat
Ketika hukum dengan mudahnya dibeli. Yawis ajur rek sistem permasyarakatan. Orang kaya dengan mudah menyuap aparat, membikinnya seperti bentukan gulali yang alot. Dengan adanya sistem yang tidak sehat di tubuh militer yang merupakan penegak hukum (termasuk kepolisian), khususnya karena oknum sungguh sangat menimbulkan masalah sosial. Seperti slogan lama “hukum tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.”
Dengan mudahnya Asif memerintahkan seorang kolonel untuk menutup seluruh akses kota karena ovi, tahanan ilegalnya kabur. Sang kolonel pun mangguk-mangguk. Entah kesepakatan apa yang telah dibuat si kolonel dan si kartel. Si kolonel langsung gercep menutup kota. Bayangkan, kolonel aja takut sama si Amir Asif ini. Pasalnya dia bukan jenderal, bukan atasan, dan juga bukan istri kolonel kok sakpenak e dhewe nyuruh-nyuruh kolonel.
Banyak yang Mati Sia-Sia
Kita disuguhkan dengan adegan baku tembak antara Tyler dan kelompoknya dengan aparat. Hal itu menyebabkan banyak orang mati dalam misi illegal penyelamatan anak usia 14 tahun. Itu bukanlah kesalahan Ovi yang karena dia adalah anak dari gembong narkoba. Dia adalah anak yang menginjak remaja. Dia bahkan gatau what the hell is happening. Yang patut disalahkan ya Asif dan bapaknya Ovi, si Mahajan. Karena mereka berdua tatanan dunia yang adem-adem saja, jadi panas penuh granat. Kek konflik Amerika-Iran, upssss.
Sayangnya, si Tyler dan Saju juga mati dalam misi ini. Saju ditembak oleh kolonel (tapi kolonel juga mati ditembak sniper) dan Tyler mati ditembak bocah kampret bawahan Asif. Bayangkan, berapa jumlah aparat yang dikerahkan oleh sang kolonel untuk mendapatkan Ovi hidup atau mati, belum lagi masyarakat. Mereka semua itu punya keluarga, dan diantara mereka adalah tulang punggung keluarga. Bayangkan, Asif telah membuat pemasukan keluarga dari para aparat itu menjadi defisit, membuat para anak yang ber-bapak jadi yatim. Memang keparat Asif ini Tak punya akhlak.
Keluarga Adalah Segalanya
Tahu nggak, kenapa Tyler mau menyelamatkan Ovi. Meskipun Tyler telah ditipu dan tidak dibayar. Malahan jika Tyler menyerahkan anak itu pada Asif, maka Tyler akan mendapatkan uang 10 juta dollar. Namun Tyler lebih memilih tertembak tengkuknya, karena Tyler pernah bersalah membiarkan anaknya mati sewaktu ia bertugas di Afganistan, dan Tyler ingin menebus kesalahan itu.
Tahu nggak, kenapa Saju ini tega mengkhianati perjanjiannya dengan kelompok tentara bayaran Tyler Rake. Karena, Saju punya anak dan istri yang musti diselamatkan juga. Saju tidak punya cukup uang, karena aset Mahajan dibekukan. Mahajan mengancam jika Saju tidak bisa membebaskan Ovi, maka anak Saju akan celaka. Bejat memang Mahajan ini. Karena Saju dulu merupakan mantan pasukan khusus, jadi dia punya rencana untuk mengkhianati kelompok tentara bayaran itu.
Semua dilakukan karena keluarga. Tak peduli bagaiamana sebutan keluarga didapat secara sah atau tidak seperti Tyler dan Ovi. Teman memang berganti, karir menanjak, tapi keluarga adalah tempat kita kembali.
Dengan itu, saya bisa misuh-misuh ngatain Amir Asif yang meskipun ganteng tapi kelakuan sadubilah. Terlepas dari ini, Extraction memang recommended buat ditonton, apalagi di tengah pandemi yang belum selesai-selesai. Plotnya memang biasa-biasa saja. Saya juga nggak baper waktu Tyler Rake mati. Nggak cocok aja Chris Hemsworth memerankan sosok yang dingin. Memang nama Chris itu cocok untuk yang kocak-kocak. Tapi, di sini Chris Hemsworth lebih kek berwibawa daripada jadi dewa petir yang suka Bloody Mary.
Hal yang menarik adalah terobosan baru dalam mendeskripsikan lingkungan, mafia-mafia dan kartel-kartel nggak selamanya digambarkan dengan penjagaan ketat dan teknologi canggih. Namun dengan aspek lokal ke-India-an. Yok yok, yang dari sasing bisa jadi bahan skripsi tentang sosiolingusitik gitu.
Komentar
Posting Komentar