Langsung ke konten utama

Pelaksanaan Idul Adha di Tengah Pandemi Covid-19

Setiap tahun umat islam di seluruh dunia merayakan Idul adha, dimana kaum muslimin menunaikan ibadah haji. Idul Adha disebut juga dengan Idul Qurban, bagi umat islam yang belum bisa melaksanakan ibadah haji maka Allah memberi kesempatan untuk berkurban. 


Di tengah pandemi yang masih menyelubungi saentero dunia, masyarakat Indonesia akan menyambut Idul Adha atau Idul Qurban. Di antara masyarakat Indonesia, anak-anak kecil TPA adalah generasi yang paling bahagia menyambut momen ini. Pasalnya, jikalau di daerah saya, selain takbir akan dikumandangkan sepanjang malam sebelum solat Idul adha di pagi hari, takbir masih bisa berlanjut di sela-sela azan dan iqamah. 

Dengan adanya takbir yang dikumandangkan sepanjang malam itu membuat anak-anak kecil bersemangat untuk takbir di masjid/musola/langgar, dan bahkan ada yang takbir keliling. Meskipun bukan kota besar dan zona merah Covid-19. Maka, tetap saja jika ingin melaksanakan rentetan acara Idul Adha kita harus melaksanakannya sesuai dengan protokol kesehatan. Kemenag pun sudah mengeluarkan Panduan Salat Idul Adha dan Penyembelihan Qurban.

Kemenag menganjurkan pelaksanaan Salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban juga harus memperhatikan protokol kesehatan dan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat. Salat Idul Adha boleh dilakukan di lapangan/masjid/ruangan dengan persyaratan sebagai berikut:


1. Menyiapkan petugas untuk melakukan dan mengawasi penerapan protokol kesehatan di area tempat pelaksanaan.
Melakukan pembersihan dan disinfeksi di area tempat pelaksanaan.

2. Membatasi jumlah pintu/jalur keluar masuk tempat pelaksanaan guna memudahkan penerapan dan pengawasan protokol kesehatan.

3. Menyediakan fasilitas cuci tangan/sabun/ hand sanitizer di pintu/jalur masuk dan keluar.

4. Menyediakan alat pengecekan suhu di pintu/jalur masuk. Jika ditemukan jamaah dengan suhu >37,5'C (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan memasuki area tempat pelaksanaan.

5. Menerapkan pembatasan jarak dengan memberikan tanda khusus minimal jarak 1 meter.

6. Mempersingkat pelaksanaan salat dan khutbah Idul Adha tanpa mengurangi ketentuan syarat dan rukunnya.

7. Tidak mewadahi sumbangan/sedekah jemaah dengan cara menjalankan kotak, karena berpindah-pindah tangan rawan terhadap penularan penyakit.

8. Penyelenggara memberikan imbauan kepada masyarakat tentang protokol kesehatan pelaksanaan salat Idul Adha yang meliputi:

•  Jemaah dalam kondisi sehat.

• Membawa sajadah/alas salat masing-• masing.

• Menggunakan masker sejak keluar rumah dan selama berada di area tempat pelaksanaan.

• Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer.

• Menghindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan.
Menjaga jarak antar jemaah minimal 1 (satu) meter.

• Mengimbau untuk tidak mengikuti salat Idul Adha bagi anak-anak dan warga lanjut usia yang rentan tertular penyakit, serta orang dengan sakit bawaan yang berrisiko tinggi terhadap Covid-19.

Untuk penyembelihan hewan kurban, penyelenggaraannya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Penerapan jaga jarak fisik (Physical distancing), meliputi:

1. Pemotongan hewan kurban dilakukan di area yang memungkinkan penerapan jarak fisik.

2. Penyelenggara mengatur kepadatan di lokasi penyembelihan, hanya dihadiri oleh panitia dan pihak yang berkurban.

3. Pengaturan jarak antar panitia pada saat melakukan pemotongan, pengulitan, pencacahan, dan pengemasan daging.

4. Pendistribusian daging hewan kurban dilakukan oleh panitia ke rumah mustahik.

b. Penerapan kebersihan personal panitia, meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan awal yaitu melakukan pengukuran suhu tubuh di setiap pintu/jalur masuk tempat penyembelihan dengan alat pengukur suhu oleh petugas.

2. Panitia yang berada di area penyembelihan dan penanganan daging, tulang, serta jeroan harus dibedakan.

3. Setiap panitia yang melakukan penyembelihan, pengulitan, pencacahan, pengemasan, dan pendistribusian daging hewan harus menggunakan masker, pakaian lengan panjang, dan sarung tangan selama di area penyembelihan.

4. Penyelenggara hendaklah selalu mengedukasi para panitia agar tidak menyentuh mata, hidung, mulut, dan telinga, serta sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.

5. Panitia menghindari berjabat tangan atau kontak langsung, serta memperhatikan etika batuk/bersin/meludah.

6. Panitia yang berada di area penyembelihan harus segera membersihkan diri (mandi) sebelum bertemu anggota keluarga.

c. Penerapan kebersihan alat, meliputi:

1. Melakukan pembersihan dan disinfeksi seluruh peralatan sebelum dan sesudah digunakan, serta membersihkan area dan peralatan setelah seluruh prosesi penyembelihan selesai dilaksanakan.

2. Menerapkan sistem satu orang satu alat. Jika pada kondisi tertentu seorang panitia harus menggunakan alat lain maka harus dilakukan disinfeksi sebelum digunakan.

Siapa saja bisa membawa virus, jadi kita harus tetap waspada dengan mematuhi anjuran dari para ahli. Kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan sampai vaksin benar-benar ditemukan.

KKN UNY 2020/Ema
Referensi: 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Un résumé et des commentaires "Le Chercheur d'Or"

Extrait Le titre : Le Chercheur d’Or Écrivain : J.M.G Le Clézio An : 1985 Pages : 445 Éditeur : Editions Gallimards Le chercheur d’or est un roman a écrit par J.M.G Le Clézio en 1985. I ll y a 445 pages et 8 chapitres dans ce roman. Ce roman a été traduit par Ida Sundari Husen et a été publié par Yayasan Pustaka Obor Indonesia en 2013. Ce roman est le seul roman de Clézio qui traduit en indonésien, Ce roman raconte sur un jeune garҫon qui s’appellait Alexis qui avait beaucoup d’expériences. Il habitait à la vallée de Boucan. Il aimait la mer. Le personnage principale voulait trouver le trésor avec une carte qui son père a fait. Il voyagait beaucoup avec un bateau, Zeta. Il a eu beaucoup d’obstacles en naviguant à Rodriguez. Son père était un homme d’affaire et sa mère était une femme au foyer. Ils ont fait faillite. Sa vie a changé, ils ont déménagé à Forest Side. Alexis a eu un rêve: trouver de l’or a été caché par le pirate. Après l’âge adulte, il a quitté l’

Belajar Efektif Selama Pandemi Covid-19

Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada bidang ekonomi. Namun, juga berdampak pada bidang pendidikan. Dengan perubahan sistem belajar tatap muka menjadi sistem pembelajaran jarak jauh. Banyak orang menilai bahwa pmbelajaran jarak jauh ini kurang efektif dengan berbagai alasan.  Efektif atau tidak tergantung pada cara kita mengorganisir waktu dan kegiatan kita selama pandemi. Berikut beberapa cara efektif belajar dari rumah untuk siswa selama pandemic Covid-19. 1. Tentukan waktu belajar Untuk mewujudkan belajar yang efektif adalah dengan menentukan jadwal belajar, menentukan dari pukul berapa hingga pukul berapa ingin belajar. Waktu bisa disesuaikan dengan jam belajar sekolah. Namun, jika jam belajar sekolah kiranya sangat berat karena biasanya dari pagi hingga sore menyebabkan kejenuhan. Jadi tidak persis dengan jam sekolah/kuliah bukanlah masalah. Misalnya belajar dari puku 08.00 hingga puku 13.00 08.00 – 09.00: Kimia 09.00 – 09.30: Istirahat 09.30 – 10.30: Bahasa Inggris 10.30 – 12.